MAKNA SHALAT SUBUH

"Teuku Umar: Siapa yang ingin berjihad di jalan Allah, saya tunggu di bukit ini ba'da Subuh"..
(Oleh: Zikri Hariadi Abdullah - Direktur TPA DF Gampong Pineung)

Orang awam sempat bertanya, "Kenapa ba'da Subuh ?"
Kala itu, jawaban yang didapat sangat polos, lumayan masuk akal, namun cukup menggelikan kalau dipikir-pikir. "Orang-orang Belanda itu kan nggak shalat Subuh, jadi kalau pasukan Aceh menyerbu ba'da Subuh, pasukan Belanda masih tidur dan tidak siap menghadapi serangan".
Kalimat di atas sangat melekat dibenak saya, meski sudah lama saya mendengarnya disebuah film kepahlawanan berjudul Cut Nyak Dien. Kisah kepahlawanan para pejuang Aceh yang gagah perkasa melawan penjajah Belanda ketika itu. Kalimat penuh semangat dan mengandung ruh jihad itu diucapkan oleh seorang panglima perang Aceh, Teuku Umar dihadapan para pejuangnya.
Seiring dengan waktu, kita mendapatkan jawaban yang mudah-mudahan lebih tepat untuk pertanyaan "Kenapa ba'da Subuh ?"
Diantara lima waktu shalat wajib, Subuh dianggap paling berat meskipun jumlah rakaatnya paling sedikit.
Bangun Subuh, mendirikan shalat dan berjamaah di masjid adalah perjuangan berat bagi sebagian orang.
Bangunnya saja perlu perjuangan, beberapa mata tak sanggup terbuka, sebagian bangun dengan bermalas-malasan, ada yang terbangun kemudian terlelap lagi, ada yang bergerak hanya untuk mengambil selimut dan melanjutkan mimpi, dan ada pula yang tak bergerak sama sekali dan terus mendengkur.
Ada orang-orang yang perlu bantuan orang lain untuk bangun Subuh.
Kalaupun sudah bangun, ada yang menunda-nunda shalatnya. Ada pula mendirikan shalatnya dalam keadaan malas, itu terlihat dari gerakan shalatnya yang terburu-buru atau dari sikap berdirinya yang tidak tegap. Dan ada juga yang shalat sambil matanya terpejam atau shalatnya sambil berkali-kali menguap.
Sampai disini sebenarnya sudah lumayan, yang terpenting masih mau shalat Subuh.
tetapi bagi orang-orang yang lebih beriman, ketika Adzan berkumandang ia akan semangat bergegas membasuh muka dan berwudhu. Bahkan sebagian lainya menyesal jika hanya terbangun pada saat Adzan, sebab ia biasanya bangun disepertiga malam (shalat tahajud) dan tak tidur lagi sampai waktu Subuh. Orang-orang ini rela mengorbankan kenikmatan tidurnya serta meminimalkan istirahatnya.
Kesungguhannya semakin teruji ketika ia memilih untuk "membelah fajar", menerobos udara dingin menuju masjid untuk shalat berjamaah.
Orang-orang yang bersungguh-sungguh diwaktu Subuh inilah yang dipilih, seperti Rasul kita, Muhammad SAW yang terpilih untuk mengangkat Hajar Aswad karena tiba di Ka'bah lebih dahulu.
Maka wajar jika Teuku Umar mengatakan: "Siapa yang ingin berjihad di jalan Allah, saya tunggu di bukit ini ba'da Subuh", meminta para pejuangnya berkumpul persis selesai shalat Subuh berjamaah ditunaikan, karena ia hanya ingin berjuang bersama orang-orang yang memiliki semangat pengorbanan, yang jiwanya dipenuhi kesungguhan rata-rata kebanyakan orang lainnya.
Mereka yang tak bangun Subuh, bukan saja tertinggal tak ikut berjuang, melainkan memang tak dibutuhkan sama sekali dalam perjuangan karena dianggap tak bersungguh-sungguh.
Semangat dan kesungguhan yang diperoleh dari kebiasaan shalat Subuh, bisa kita terapkan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan. Seberat apapun masalah, pasti ada jalan keluarnya.
Masalahnya adalah apakah kita memiliki semangat dan kesungguhan di atas rata-rata untuk mencari jalan keluar nya? Jika belum, mungkin ada baiknya kita mulai dengan sama-sama memperbaiki Subuh kita. Atau memang jangan-jangan Subuh kita bermasalah, Wallahu a'lam..
Mudah-mudahan bermanfaat


EmoticonEmoticon