Makna Hati nurani

Makna Hati nurani

Pada suatu hari sekelompok pemuda duduk dalam sebuah majelis. Kami berdiskusi banyak hal tentang kehidupan. Kemudian teman itu bertanya pada seorang ustadz, 'Apa makna bashirah?'  Kemudian ustadz menjelaskan bahwa Bashirah secara bahasa artinya hati nurani atau kata hati atau hati kecil untuk menyebut kejujuran seseorang atas diri sendiri. Kata nurani berasal dari bahasa Arab yang artinya cahaya, dan  (nurani) artinya sejenis cahaya atau yang bersifat cahaya, sehingga hati nurani dapat  disebut sebagai cahaya hati atau lubuk hati yang terdalam. Dalam bahasa Arab, hati nurani dalam konteks tersebut disebut bashirah.
 

Dalam bahasa Arab, berarti jendela hati, jika artinya pandangan dan lintasan hati. Allah mampu melihat sesuatu secara total, yang tampak maupun yang tidak tampak tanpa memerlukan alat.  Jika dihubungkan dengan diri kita sebagai manusia, maka mempunyai empat arti, yaitu (a) ketajaman hati,  (b) kecerdasan, (c) kemantapan dalam agama, dan (d) keyakinan hati dalam hal agama dan realita. Meskipun juga mengandung arti melihat, tetapi jarang sekali kalimat tersebut digunakan dalam literatur Arab untuk indra penglihatan tanpa disertai pandangan hati.  Dengan demikian, maka hati nurani dapat dipahami sebagai pandangan mata hati sebagai lawan dari pandangan mata kepala.

Bashirah dalam arti nurani diisyaratkan dalam surat al-Qiyamah 14-15:
 
Bahkan manusia itu mampu melihat diri sendiri, meskipun dia masih mengemukakan alasan-alasannya (Q.S. al-Qiyamah / 75:14-15).

Sebagian mufasir, antara lain al-Farra', Ibn 'Abbas, Muqatil dan Sa'id ibn Jabir menafsirkan bashirah pada ayat ini sebagai mata batin,  seperti yang dikutip oleh al-Maraghi, dan Fakhr al-Razi menafsirkan dengan akal sehat.  Menurut Ibn Qayyim al-Jawzi, bashirah adalah cahaya yang ditiupkan Allah ke dalam Qalbu, oleh karena itu ia mampu memandang hakikat kebenaran seperti pandangan mata.
 
Jika dikaitkan dengan sistem nafs manusia, maka arti bashirah yang tepat adalah seperti yang dipaparkan al-Farra dan Fakhr al-Razi, yaitu mata batin atau akal sehat. Akal yang sehat jika digunakan secara optimal memungkinkannya mencapai kebenaran, karena ia memiliki kekuatan yang sama dengan pandangan mata batin, dan itu akan muncul secara optimal pada orang yang memiliki.
 
Jika dibandingkan dengan qalbu, maka hati nurani memiliki pandangan yang lebih tajam dan konsisten. Pada surat al-Qiyamah / 75:14-15 di atas disebutkan bahwa bashirah itu tetap bekerja melihat meskipun manusia masih mengemukakan alasan-alasannya. Ayat ini sebenarnya juga mengisyaratkan karakter qalbu yang tidak konsisten, yang meskipun mengerti kebenaran tetapi masih berusaha mengelak dengan mengemukakan alasan-alasan. Jadi hati nurani tetap jujur dan konsisten meskipun hati manusia masih berusaha untuk menutup-nutupi kesalahannya atau berdalih dengan berbagai alasan. Kekuatan konsistensi bashirah adalah sangat wajar, karena seperti dikatakan oleh Ibn al-Qayyim al-Jawzi bahwa bashirah itu adalah nur Allah yang ditiupkan ke dalam qalbu.
 
Bashirah atau hati nurani bukan hanya diperlukan untuk introspeksi diri, tetapi juga untuk secara jujur memahami dan mengakui kebenaran agama. Dalam surat Yusuf / 12:108 disebutkan:

Katakanlah, inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata (bashirah) (Q.S. Yusuf / 12:108).    

Ibn katsir menafsirkan bashirah dalam ayat ini dengan mengatakan bahwa kebenaran agama Allah ini merupakan keyakinan yang bisa diuji dengan bashirah, baik dengan pendekatan syar'i  maupun 'aqli.
 
Dari keterangan al-Qur'an menyangkut nafs maka struktur bashirah dalam sistem nafs dapat digambarkan sebagai berikut. Manusia memiliki dimensi rohani yang terdiri dari nafs,'aql, qalbu, ruh dan bashirah. Nafs diibaratkan sebagai ruangan yang sangat luas dalam alam rohani manusia. Dari dalam nafs itulah manusia digerakkan untuk menangkap fenomena yang dijumpai, menganalisisnya dan mengambil keputusan. Kerja nafs dilakukan melalui jaringan qalbu, aql, dan bashirah, tetapi semua itu baru berfungsi ketika roh berada dalam jasad dan fungsi kejiwaan telah sempurna.
 
Qalbu merupakan bagian dalam nafs yang bekerja memahami, mengolah, menampung realitas sekelilingnya memutuskan sesuatu. Sesuai dengan potensinya maka qalbu merupakan kekuatan yang sangat dinamis, tetapi ia temperamental, fluktuatif, emosional dan pasang surut. Untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, qalbu bekerja dengan jaringan akal, tetapi kondisi qalbu dan akal seringkali tidak optimal sehingga masih dimungkinkan terkontaminasi oleh pengaruh syahwat, atau dorongan kepada hal-hal yang bersifat negatif, dan dalam keadaan demikian, 'aql dan qalbu dapat melakukan belahan metal, yakni memandang sesuatu yang salah, dengan alasan-alasan yang dibuatnya, seakan-akan yang salah itu suatu yang wajar. Bashirah bekerja mengkoreksi penyimpangan yang dilakukan oleh qalbu dan 'aql. Dapat juga disebutkan bahwa kondisi qalbu dan aql yang tingkat kesehatannya optimum itulah yang disebut hati nurani atau bashirah.
Moga-moga Bermanfaat..
Posted: Selasa, 19 Januari 2016..
Admin: ZH