Mengajari Dinul Islam Dengan Seni


image.slidesharecdn.com
Dalam mengedukasikan santri kita harus mencontohkan beberapa pembelajaran masa lampau yang pernah lahir masa saat masih hidup indatu kita, yakni mereka mendakwahkan agama dengan cara yang unik yaitu mereukon atau baca syair hikayat yang isi didalam hikayat itu adalah berupa ilmu yang sangat bermanfaat buat kehidupan kita sampai sekarang.

Meureukon itu adalah suatu kesenian yang sangat kental bagi masyarakat aceh pada masa itu, event ini selalu diadakan setahun sekali, mereurukon ada yang istilah reukon tunang, yaitu rukon ini semacam tanya jawab cuma yang membedakan meurukon ini adalah pertanyaan dan jawabannya dalam bertuk lirik syair lagu yang sangat bagus sekali.

Namun didalam tulisan ini saya tidak membahas tentang sejarah masa lampau, kalau mau tahu lebih lanjut tentang meurukon kita bisa tanya ke nyakwa atau yahwa yang ada di kampung masing. heheheh

Saya sangat menikmati cara pembejaran seperti ini (berdakwah dengan seni), berikut ada beberapa lagu (Lagu orang) yang sering saya nyanyikan di depan santri-santri saya di sekolah dan TPA saya mengajar.

MUKJIZAT NABI

MUKJIZAT PARA NABI
MUKJIZAT PARA RASUL
SUNGGUH LUAR BIASA
KARUNIA ILAHI
MUKJIZAT PARA NABI
ITU SEBAGAI BUKTI
KEBESARAN ILAHI
YANG HARUS DIYAKINI
NABI SULAIMAN NABI SULAIMAN
BISA BERBAHASA BINTANG
NABI IBRAHIM NABI IBRAHIM
TIDAK MEMPAN DIBAKAR API
NABI MUSA NABI MUSA
DAPAT MEBELAH LAUTAN
NABI ISA NABI ISA
MENGHIDUPKAN ORANG MATI
KALAU NABI MUHAMMMAD
NABI YANG TERAKHIR
NABI AKHIR ZAMAN
MUKJIZATNYA AL-QUR’AN

NABI MUHAMMAD
NABI MUHAMMAD ANAK ABDULLAH
NAMA IBUNYA SITI AMINAH
DILAHIRKAN DIKOTA MEKAH
RABIUL AWAL DITAHUN GAJAH
NABI LAHIR DIPAGI HARI
KEGANJILAN BANYAK TERJADI
MATA BERCELAK HARUM KASTURI
SEMENJAK KECIL NABI TERPUJI
SHALLALLAHU’ALAN NABI
SHALLALLAHU’ALARRASUL
SHALLALAHU’ALAL HABIBI
NABI MUHAMMAD AFDHALIRRASUL
SHALLALLAHU’ALAN NABI
SHALLALLAHU’ALARRASUL
SHALLALAHU’ALAL HABIBI
NABI MUHAMMAD AFDHALIRRASUL

LAGU ANGGOTA TUBUH
KEPALA RAKSUN
MATA AINUN
HIDUNG ANFUN
MULUT FAMMUN
TELINGA UDZUNUN TELINGA UDZUNUN
RAMBUT SYA’RUN RAMBUT SYA’RUN
TANGAN YADUN
PERUT BATHNUN
KAKI RIJLUN KAKI RIJLUN
A’DHAUL INSANI
YA AKHI YA UKHTI

Semoga tulisan ini bermanfaat dan memdapat ridha dari Allah, Amiin ya Rabbal'alamin.

Persahabatan dan Seleksi Alam

photo: pbs.twimg.com
Seseorang dulu pernah bilang, jika perkataan yang benar membuat kita kehilangan teman, maka teruskanlah.. Teruslah melangkah.. Karena kebenaran hakikatnya adalah saringan.

Ketika kita berbuat atau berkata benar lantas dijauhi (semata karena kebenaran yang kita sampaikan, bukan karena caranya) maka hendaknya kita bersyukur.
Berbahagialah ketika teman-teman yang buruk telah disingkirkan dari hidup kita, sehingga yang tersisa hanyalah yang baik-baik saja.

Karena sesungguhnya saringan kita sedang bekerja. Agar yang tersisa untuk kita adalah teman-teman yang baik-baik saja, yang Allah ridha dengan kita, dan kita pun ridha dengan-Nya..

Ketika cahaya hidayah mulai menyinari hidup kita, terkadang satu-dua bahkan beberapa sahabat dekat mulai beranjak meninggalkan kita.Entah karena mereka menganggap kita ini aneh, tidak siap menerima perubahan yang terjadi pada diri kita setelah mengenal sunnah..
 
Risih mendengar kita menyampaikan kebenaran, atau mungkin hanya karena mereka merasa ‘berbeda’ dengan kita.
It’s something that comes naturally. Adalah sunnatullah bahwa pelaku kebenaran selalu terasing dan dianggap aneh. Dianggap tidak lazim dan menyelisihi manusia kebanyakan. Semata-semata karena kebenaran yang mereka pilih dan sampaikan.
Bersabarlah.. Relakanlah mereka yang pergi karena akan datang pengganti yang lebih baik. Yang akan mengokohkan keimanan ketika mulai merapuh, yang setia mendampingi dalam segala keadaan, yang tak lupa mengingatkan ketika diri mulai lalai dan berdosa.
“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah ‘Azza wa Jalla, kecuali Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik bagimu.”(HR. Ahmad, No 23074)
Persahabatan layaknya seleksi alam. Siapa yang tetap bertahan di sisi setelah segala apa yang terjadi adalah sahabat yang sejati dan sesungguhnya. Seseorang yang berbahagia melihat kita berbahagia dan turut berduka ketika kita tengah berduka.

Kesabaran: Resep Keharmonisan Keluarga Sakinah

Photo: pembina.com.my
Ini merupakan kejadian nyata di dalam kehidupan kita, simak dan renungkan hikmahnya dibalik cerita ini.

Suatu malam, Ummi yang bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa pembantu. Jam 7 malam (19.00 wib/red) Ummi selesai menghidangkan makan malam untuk Abi, sangat sederhana berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong! Saya melihat Ummi sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sudah habis. Kami menunggu dengan tegang apa reaksi Abi yang pulang kerja pasti sudah sangat lelah, melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.

Luar biasa! Abi dengan tenang menikmati dan memakan semua yg disiapkan Ummi dengan tersenyum dan bahkan berkata,”Mi terima kasih ya!” Lalu Abi terus menanyakan kegiatan saya & adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar Ummi meminta maaf karena telor dan tempe yang gosong itu dan satu hal yg tidak pernah saya lupakan adalah apa yang Abi katakan.
“Sayang ,aku suka telor dan tempe yang gosong”

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada Abi, saya bertanya ”apakah Abi benar-benar menyukai telur dan tempe gosong?”
Abi memeluk saya erat dengan kedua lengannya dan berkata, “Anakku, Ummi sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar lelah, Jadi sepotong telor dan tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun!”

“Belajar menerima kesalahan orang lain adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh dan abadi. Ingatlah emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang ada, jadi selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi pasti punya alasannya sendiri, janganlah kita menjadi orang yang egois hanya mau dimengerti ,tapi tidak mau mengerti.

HEDONIC TREADMILL? Siapa Yang Sudah Pernah Merasakannya.

Image: www.rezaeste.com
Mengapa semakin tinggi pemasukan seseorang, ternyata semakin menurunkan peran uang dalam membentuk kebahagiaan? Kajian-kajian dalam ilmu financial psychology menemukan jawabannya, yang kemudian dikenal dengan nama “hedonic treadmill”.

Gampangnya, hedonic treadmill adalah seperti ini : Saat gaji kita 5 juta, semuanya habis. Saat gaji kita naik 30 juta per bulan, eh ternyata semua juga habis. Kenapa begitu? Karena ekspektasi dan gaya hidup ini pasti ikut naik, sejalan dengan kenaikan penghasilan. Dengan kata lain, nafsu kita untuk membeli materi/barang mewah akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan pemasukan kita. Itulah kenapa disebut hedonic treadmill, seperti berjalan diatas treadmill, kebahagiaan kita tidak maju-maju...!

Nafsu materi tidak akan pernah terpuaskan. Saat pemasukan 10 juta/bulan, mau naik Avanza. Saat pemasukan 50 juta/bulan keinginan berubah naik Alphard. Itu salah satu contoh sempurna tentang jebakan hedonic treadmill. Hedonic treadmill membuat ekspektasi kita akan materi terus meningkat. Itulah kenapa kebahagiaan hidup kita stagnan, meski pemasukan kita  semakin tinggi. Ada eksperimen menarik : "Seorang pemenang undian berhadiah senilai Rp 5 milyar dilacak kebahagiaannya. Enam bulan setelah ia mendapat hadiah, apa yang terjadi? Enam bulan setelah menang hadiah 5 milyar, level kebahagiaan orang itu SAMA dengan sebelum ia memenangkan undian berhadiah. Itulah efek hedonic treadmill."

Jadi apa yang harus dilakukan agar kita terhindar dari jebakan hedonic treadmill? Lolos dari jebakan nafsu materi yang tidak pernah berujung?
Terapkanlah gaya hidup yang bersahaja! Sekeping gaya hidup yang tidak silau dengan gemerlap kemewahan materi. Semakin banyak berbagi, semakin banyak memberi kepada orang lain ternyata justru semakin membahagiakan. Bukan banyak mengumpulkan materi yang membuat kebahagiaanmu terpuaskan! When enough is enough...
 
Kebahagiaan itu kadang sederhana: Misalnya, kita masih bisa menikmati secangkir kopi panas, memeluk anggota keluarga kita (khususnya Abi dan Ummi) yang kita cintai, murah senyum, menyapa dan memberi kepada teman yang sedang membutuhkan bantuan, berdzikir/muraja’ah hafalan sepanjang perjalanan menuju tempat bekerja, berbakti kepada orang tua, mengabdi untuk Agama dan negara, mendalami ilmu Agama (Islam), bersahabat dengan orang-orang yang beriman, maka betapa indahnya hidup ini!


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Kekayaan itu bukanlah lantaran banyak harta bendanya, akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kebahagiaan jiwa.”(HR al-Bukhari). Bukankah di TPA Darul Falah kita juga menemukan kebahagian yang hakiki?? Maka saya mengucapkan selamat menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya dan terbebas dari kekangan
hedonic treadmill.

Oleh: Zikri Hariadi Abdullah
Penulis Adalah Direktur TPA Darul Falah dan Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry

MAKNA SHALAT SUBUH

"Teuku Umar: Siapa yang ingin berjihad di jalan Allah, saya tunggu di bukit ini ba'da Subuh"..
(Oleh: Zikri Hariadi Abdullah - Direktur TPA DF Gampong Pineung)

Orang awam sempat bertanya, "Kenapa ba'da Subuh ?"
Kala itu, jawaban yang didapat sangat polos, lumayan masuk akal, namun cukup menggelikan kalau dipikir-pikir. "Orang-orang Belanda itu kan nggak shalat Subuh, jadi kalau pasukan Aceh menyerbu ba'da Subuh, pasukan Belanda masih tidur dan tidak siap menghadapi serangan".
Kalimat di atas sangat melekat dibenak saya, meski sudah lama saya mendengarnya disebuah film kepahlawanan berjudul Cut Nyak Dien. Kisah kepahlawanan para pejuang Aceh yang gagah perkasa melawan penjajah Belanda ketika itu. Kalimat penuh semangat dan mengandung ruh jihad itu diucapkan oleh seorang panglima perang Aceh, Teuku Umar dihadapan para pejuangnya.
Seiring dengan waktu, kita mendapatkan jawaban yang mudah-mudahan lebih tepat untuk pertanyaan "Kenapa ba'da Subuh ?"
Diantara lima waktu shalat wajib, Subuh dianggap paling berat meskipun jumlah rakaatnya paling sedikit.
Bangun Subuh, mendirikan shalat dan berjamaah di masjid adalah perjuangan berat bagi sebagian orang.
Bangunnya saja perlu perjuangan, beberapa mata tak sanggup terbuka, sebagian bangun dengan bermalas-malasan, ada yang terbangun kemudian terlelap lagi, ada yang bergerak hanya untuk mengambil selimut dan melanjutkan mimpi, dan ada pula yang tak bergerak sama sekali dan terus mendengkur.
Ada orang-orang yang perlu bantuan orang lain untuk bangun Subuh.
Kalaupun sudah bangun, ada yang menunda-nunda shalatnya. Ada pula mendirikan shalatnya dalam keadaan malas, itu terlihat dari gerakan shalatnya yang terburu-buru atau dari sikap berdirinya yang tidak tegap. Dan ada juga yang shalat sambil matanya terpejam atau shalatnya sambil berkali-kali menguap.
Sampai disini sebenarnya sudah lumayan, yang terpenting masih mau shalat Subuh.
tetapi bagi orang-orang yang lebih beriman, ketika Adzan berkumandang ia akan semangat bergegas membasuh muka dan berwudhu. Bahkan sebagian lainya menyesal jika hanya terbangun pada saat Adzan, sebab ia biasanya bangun disepertiga malam (shalat tahajud) dan tak tidur lagi sampai waktu Subuh. Orang-orang ini rela mengorbankan kenikmatan tidurnya serta meminimalkan istirahatnya.
Kesungguhannya semakin teruji ketika ia memilih untuk "membelah fajar", menerobos udara dingin menuju masjid untuk shalat berjamaah.
Orang-orang yang bersungguh-sungguh diwaktu Subuh inilah yang dipilih, seperti Rasul kita, Muhammad SAW yang terpilih untuk mengangkat Hajar Aswad karena tiba di Ka'bah lebih dahulu.
Maka wajar jika Teuku Umar mengatakan: "Siapa yang ingin berjihad di jalan Allah, saya tunggu di bukit ini ba'da Subuh", meminta para pejuangnya berkumpul persis selesai shalat Subuh berjamaah ditunaikan, karena ia hanya ingin berjuang bersama orang-orang yang memiliki semangat pengorbanan, yang jiwanya dipenuhi kesungguhan rata-rata kebanyakan orang lainnya.
Mereka yang tak bangun Subuh, bukan saja tertinggal tak ikut berjuang, melainkan memang tak dibutuhkan sama sekali dalam perjuangan karena dianggap tak bersungguh-sungguh.
Semangat dan kesungguhan yang diperoleh dari kebiasaan shalat Subuh, bisa kita terapkan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan. Seberat apapun masalah, pasti ada jalan keluarnya.
Masalahnya adalah apakah kita memiliki semangat dan kesungguhan di atas rata-rata untuk mencari jalan keluar nya? Jika belum, mungkin ada baiknya kita mulai dengan sama-sama memperbaiki Subuh kita. Atau memang jangan-jangan Subuh kita bermasalah, Wallahu a'lam..
Mudah-mudahan bermanfaat
Kontroversi perkawinan putri cak Nur

Kontroversi perkawinan putri cak Nur

PERKAWINAN Nadia Madjid, putri Nurcholish Madjid, dengan David Bychkov, 29 September lalu di Washington, DC, Amerika Serikat, awalnya hanya diketahui kalangan terbatas. Tapi, sejak majalah bulanan Media Dakwah memuatnya di Nomor 334, April lalu, berita itu merebak ke mana-mana. Judulnya pun cukup mencolok: "Putri Nurcholish dinikahkan dengan Yahudi". Bagi sebagian masyarakat muslim Indonesia, kata Yahudi terkesan begitu negatif lantaran selalu memusuhi Islam.

Tak aneh bila reaksi cendekiawan muslim yang biasa dipanggil Cak Nur itu cukup keras. Dalam surat yang dilayangkan Senin pekan lalu ke redaksi Media Dakwah, Cak Nur membeberkan persoalan sebenarnya yang tak tertuang dalam berita itu. Bukti surat elektronik yang bersifat pribadi kepada putrinya, khotbah nikah, dan naskah ijab kabul juga disampaikannya.

"Saya punya kewajiban moral untuk menjelaskan semuanya," kata Cak Nur kepada GATRA. Sebab, proses perkawinan itu dinilai tak sah oleh Media Dakwah. Misalnya, tata cara perkawinan dianggap tak mengikuti syariat Islam. Bahkan, menantunya, David Bychkov, seorang Yahudi Amerika kelahiran Rusia, dianggap belum muslim. Padahal, Islam melarang seorang wanita muslim menikah dengan laki-laki nonmuslim.

Dalam laporan khususnya, majalah yang didirikan para tokoh Masyumi, seperti Mohammad Roem dan Mohammad Natsir pada 1976, itu seolah menggugat keislaman Cak Nur. Dalam pandangan Media Dakwah, Cak Nur memimpin perkawinan anaknya itu tak menggunakan tata cara Islam. Informasi ini, antara lain, menurut majalah itu, didapat dari Syamsi Ali, seorang guru agama Islam di New York, Amerika Serikat, yang diberitahu rekan-rekannya yang sempat hadir dalam acara perkawinan tersebut.

Tulisan Media Dakwah itu memang tidak mendapat klarifikasi dari Cak Nur. Juga dari Abdul Nur Adnan, seorang penyiar Voice of America yang menjadi panitia pernikahan itu. Sumber utama yang mendukung cerita tersebut tidak ada. Kutipan wawancara Cak Nur dengan New York Times, 16 Maret lalu, yang menyatakan bahwa dia tak pernah bertanya soal keimanan David, yang justru dijadikan alasan kuat untuk menulis berita ini.

Apalagi, menurut Adian Husaini, salah seorang redaktur Media Dakwah, informasi itu diperoleh dari sumber yang bisa dipercaya, tapi tak mau dikutip namanya. Bahkan, kabarnya, menurut dia, dalam perkawinan itu tak ada saksi sama sekali. Tentu saja, cerita ini berbeda dengan yang dikemukakan Cak Nur. "Seluruh aturan syariat Islam dalam pernikahan itu sudah terpenuhi," kata Rektor Universitas Paramadina Mulya, Jakarta, ini.

Dalam urusan pernikahan, tokoh pembaharu Islam itu mengaku lebih mengikuti mazhab tradisionalis yang dianut sebagian besar masyarakat muslim Indonesia. Berdasar syariat Islam, pernikahan harus ada ijab kabul, wali, mahar, dan saksi. Bahkan, menurut dia, acara pernikahan itu seperti biasa diawali dengan khotbah nikah.

Toh, Cak Nur tak menyembunyikan informasi bahwa proses menuju pernikahan itu penuh masalah. Awalnya, ia tak menyetujui Nadia menikahi David yang beragama Yahudi. Dalam surat-suratnya, Cak Nur menyebutnya sebagai skandal. "Sembilan puluh sembilan persen dalam agama kita menghukumi kamu kawin tidak sah, suatu dosa yang sangat besar, salah satu yang terbesar dalam agama kita setelah syirik, durhaka pada orangtua, membunuh, dan merusak alam," tulis Cak Nur dalam suratnya kepada Nadia, 13 Agustus 2001.

PErkawinan Putri Cak Nur Malah, Cak Nur sempat mengancam putus hubungan keluarga dengan Nadia kalau nasihatnya tak dipatuhi. Namun, akhirnya, dia bisa diyakinkan oleh Nadia. Menurut putri Cak Nur satu-satunya ini, sejak September 2000, David mulai tertarik pada Islam setelah membaca buku-buku tentang Islam. Terutama buku biografi Nabi Muhammad karya Martin Lings. Dia juga mulai belajar salat.

Namun, masalahnya dianggap belum tuntas, karena David menolak menyatakan keislamannya secara terbuka, seperti yang diminta Cak Nur. Alasannya, menurut Cak Nur, dia akan menghadapi masalah berat dalam lingkungan keluarga dan sosialnya yang menganut ketat ajaran Yahudi. Tapi, David tetap ingin membuktikan keislamannya dalam amalan nyata, seperti salat.

Tak hanya masalah agama, Cak Nur pun mengkhawatirkan perbedaan usia keduanya. Nadia berusia 38 tahun, sedangkan David 10 tahun lebih muda. Akhirnya, pernikahan itu terwujud. Sebelumnya, Nadia sempat menikah dengan Chandra Hamzah, seorang pengacara, pada November 1994. Chandra Hamzah inilah sekarang yang tersangkut kasus KPK yang sedang ramai dibicarakan. KASUS BIBIT-CHANDRA Perkawinan tersebut hanya bertahan enam tahun. Kala bercerai, Nadia masih menyelesaikan studi budayanya di Universitas Chicago, Amerika Serikat.

Toh, pernikahan kedua Nadia dengan David, teman kuliahnya itu, masih mengundang sejumlah kontroversi. Walaupun Cak Nur sudah memberikan penjelasan pada Media Dakwah, menurut Adian Husaini, status keislaman David tetap diragukan. "David kan baru belajar Islam, apalagi itu hanya pengakuan Nadia," katanya.

Dalam surat balasan Media Dakwah untuk Cak Nur, yang dikirim Jumat pekan lalu, antara lain, dipersoalkan masalah persaksian saat acara perkawinan. Lantaran David tak mau menyatakan keislamannya secara terbuka, sulit bagi para saksi untuk mengesahkan perkawinan itu. "Apa susahnya membaca syahadat di depan mertuanya sendiri," kata Adian, yang juga staf pengajar Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, ini.

Bahkan, menurut dia, sebagian ulama menganggap pengakuan keislaman seseorang tak cukup hanya dengan membaca syahadat, juga harus menegaskan penolakannya pada kepercayaan lain. Bukti lainnya diwujudkan dalam bentuk salat berjamaah. Malah, menurut dia, Imam Syafi'i menganggap pelaksanaan hukum-hukum Islam lainnya juga menjadi ukuran penilaian keislaman itu.

Menurut Cak Nur, hakikat keimanan dan keislaman itu merupakan masalah individu dengan Tuhannya, dan tak seorang pun boleh memeriksanya. Pendapat ini didukung KH Umar Shihab, Ketua Majelis Ulama Indonesia. "Yang menilai keimanan dan keislaman seseorang itu hanya Allah," kata guru besar hukum Islam IAIN Alauddin, Makassar, ini.

Kalau seorang mualaf tak mau memublikasikan keislamannya, tidak berarti dia menjadi kafir. Begitu pula membaca syahadat bukanlah satu keharusan dalam perkawinan. Sebab, tujuannya hanya untuk konfirmasi keislaman. "Tanpa membaca syahadat pun perkawinan tetap sah," katanya.

Pendapat mana yang benar? Tampaknya masih jadi kajian panjang. Yang pasti, urusan keluarga Cak Nur kini sudah berubah menjadi persoalan publik.

[Kholis Bahtiar Bakri dan Mujib Rahman]
Sumber: tekhnorati.blogspot.com

Buku

Aku senang membaca buku
karena buku sumber ilmu
setiap hari aku sempatkan memmbaca buku
agar ilmuku bertambah

Dibuku aku temukan setumpuk ilmu
dalam buku cerita ada kelucuan
entah itu dalam gambar atau cerita
buku, engkau sungguh berjasa

Bagiku dan bagi semua orang
aku hanya ingin berpesan
anggaplah buku sebagai teman
terima kasih buku

By: T. FK (Halaqah Tahfizh)
Nikmatilah Hidupmu

Nikmatilah Hidupmu

Hidup ini bagaikan roda berputar
terkadang di atas terkadang di bawah

Nikmatilah hidupmu
jangan pernah menyerah
jika engkau berbuat kesalahan
perbaikilah, dan jangan ulangi kembali


Jika engkau terjatuh
bangkitlah, dan cobalah kembali
jangan pernah menyerash sebelum mencoba
dan jangan pernah mencoba untuk menyerah

By: DH (Santri Tahfizh)