HEDONIC TREADMILL? Siapa Yang Sudah Pernah Merasakannya.

Image: www.rezaeste.com
Mengapa semakin tinggi pemasukan seseorang, ternyata semakin menurunkan peran uang dalam membentuk kebahagiaan? Kajian-kajian dalam ilmu financial psychology menemukan jawabannya, yang kemudian dikenal dengan nama “hedonic treadmill”.

Gampangnya, hedonic treadmill adalah seperti ini : Saat gaji kita 5 juta, semuanya habis. Saat gaji kita naik 30 juta per bulan, eh ternyata semua juga habis. Kenapa begitu? Karena ekspektasi dan gaya hidup ini pasti ikut naik, sejalan dengan kenaikan penghasilan. Dengan kata lain, nafsu kita untuk membeli materi/barang mewah akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan pemasukan kita. Itulah kenapa disebut hedonic treadmill, seperti berjalan diatas treadmill, kebahagiaan kita tidak maju-maju...!

Nafsu materi tidak akan pernah terpuaskan. Saat pemasukan 10 juta/bulan, mau naik Avanza. Saat pemasukan 50 juta/bulan keinginan berubah naik Alphard. Itu salah satu contoh sempurna tentang jebakan hedonic treadmill. Hedonic treadmill membuat ekspektasi kita akan materi terus meningkat. Itulah kenapa kebahagiaan hidup kita stagnan, meski pemasukan kita  semakin tinggi. Ada eksperimen menarik : "Seorang pemenang undian berhadiah senilai Rp 5 milyar dilacak kebahagiaannya. Enam bulan setelah ia mendapat hadiah, apa yang terjadi? Enam bulan setelah menang hadiah 5 milyar, level kebahagiaan orang itu SAMA dengan sebelum ia memenangkan undian berhadiah. Itulah efek hedonic treadmill."

Jadi apa yang harus dilakukan agar kita terhindar dari jebakan hedonic treadmill? Lolos dari jebakan nafsu materi yang tidak pernah berujung?
Terapkanlah gaya hidup yang bersahaja! Sekeping gaya hidup yang tidak silau dengan gemerlap kemewahan materi. Semakin banyak berbagi, semakin banyak memberi kepada orang lain ternyata justru semakin membahagiakan. Bukan banyak mengumpulkan materi yang membuat kebahagiaanmu terpuaskan! When enough is enough...
 
Kebahagiaan itu kadang sederhana: Misalnya, kita masih bisa menikmati secangkir kopi panas, memeluk anggota keluarga kita (khususnya Abi dan Ummi) yang kita cintai, murah senyum, menyapa dan memberi kepada teman yang sedang membutuhkan bantuan, berdzikir/muraja’ah hafalan sepanjang perjalanan menuju tempat bekerja, berbakti kepada orang tua, mengabdi untuk Agama dan negara, mendalami ilmu Agama (Islam), bersahabat dengan orang-orang yang beriman, maka betapa indahnya hidup ini!


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Kekayaan itu bukanlah lantaran banyak harta bendanya, akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kebahagiaan jiwa.”(HR al-Bukhari). Bukankah di TPA Darul Falah kita juga menemukan kebahagian yang hakiki?? Maka saya mengucapkan selamat menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya dan terbebas dari kekangan
hedonic treadmill.

Oleh: Zikri Hariadi Abdullah
Penulis Adalah Direktur TPA Darul Falah dan Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry


EmoticonEmoticon